Kuliah Tamu Gizi
Setelah beberapa saat lamanya tidak menggelar kegiatan ilmiah berupa kuliah tamu, maka Poltekkes Kemenkes Mataram terutama Jurusan Gizi kembali menyelenggarakan kegiatan rutin tersebut. Ya…. tepatnya tanggal 27 September 2016 pukul 13.30 – 16.00 WITA kemarin keluarga besar Jurusan Gizi mengundang seorang pakar (expert) dalam bidang tempe yang berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB) DR. Dadi Hidayat Maskar, STP, M.Sc. Sebelum menuju tempat kegiatan alumnus S2 dari SEAMEO Tropmed UI ini sempat diajak berkeliling kampung yang memproduksi tempe (Karang Pande, Abian Tubuh) didampingi Kajur Gizi, Ka Prodi D3 dan beberapa dosen lainnya.
Tampak hadir pada kuliah tamu tersebut Pudir I yang mewakili Direktur (Aladhiana Cahyaningrum, AGK, SP, M.Kes), Ketua Jurusan Gizi, Ketua Prodi D3 dan D4 Gizi serta para undangan lainnya. Kegiatan diselenggarakan di Auditorium Poltekkes Kemenkes Mataram dan diikuti kurang lebih 450 peserta yang berasal dari seluruh dosen Jurusan Gizi, seluruh mahasiswa baik D3 maupun D4, undangan dari Persagi NTB, Dinas Kesehatan Prov NTB dan RSUD Prov NTB. Yang tampak lebih istimewa lagi adalah dengan dihadirkannya produsen tempe yang berasal dari lingkungan sekitar kampus (Abian Tubuh) yang memang merupakan sentra kerajinan tempe sekaligus sebagai bentuk kepedulian jurusan terhadap pembinaan pengusaha kecil yang bergerak dalam industri penyediaan bahan makanan khususnya tempe maupun tahu tersebut.
Setelah dibuka oleh MC acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bagi seluruh hadirin yang dipimpin oleh salah seorang mahasiswa D4 Gizi (Deviana Oktadianingsih). Kemudian dilanjutkan dengan lagu Mars Poltekkes, Hymne Poltekkes dan sebuah lagu tradisional Sasak (Teganang Tegining) yang didendangkan oleh mahasiswa baru jurusan gizi dengan merdunya.
Acara diawali dengan sambutan atas nama Direktur Poltekkes Kemenkes Mataram yang saat ini dijabat oleh Ibu Aladhiana Cahyaningrum, AGK, SP, M.Kes. Dalam pesan singkatnya Pudir yang berlatar belakang gizi tersebut mengucapkan selamat datang dan mengucapkan terima kasih atas kesediaan pembicara yang juga berlatar belakang D3 Gizi tersebut. Semoga di kesempatan kuliah tamu ini P Dadi (demikian beliau biasa disapa…) dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan terutama kepada mahasiswa di dalam mewujudkan salah satu misi Poltekkes Mataram yaitu mencetak tenaga yang memiliki kemampuan berwira usaha.
Memasuki acara inti berupa pemaparan oleh dosen tamu dan dimoderatori oleh ibu DR. Made Darawati, STP, M.Sc. Banyak hal menarik disampaikan oleh pakar tempe alumni S3 IPB dan menjadi konsultan tempe di berbagai daerah ini. Beberapa materi yang disampaikan antara lain adalah bahwa tempe merupakan makanan tradisional asli Indonesia yang merupakan warisan budaya bangsa, memiliki filosofi yang jauh lebih besar dari hanya sekedar sebagai lauk pauk dengan harga relatif murah, rasa enak, kandungan gizi tinggi, memiliki potensi medis, dan mudah diolah menjadi berbagai makanan sehingga tidak heran bahwa tempe termasuk ke dalam makanan fungsional.
“Yang dimaksud pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah telah melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu pangan fungsional dapat dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan dan minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen. Pangan fungsional juga tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberi efek samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi lainnya” lanjutnya
Masih menurut pakar yang saat ini menjabat sebagai Sekjen Forum tempe Indonesia dan Direktur Rumah Tempe Indonesia ini syarat dikategorikan sebagai pangan fungsional adalah haruslah berupa produk pangan (bukan berbentuk kapsul, tablet atau bubuk) yang berasal dari bahan (ingredient) alami. Selain itu harus pula dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu sehari-hari, mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna dan dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, jelas sifat fisik, kimianya serta kualitas dan jumlahnya dan aman untuk dikonsumsi. Kelebihan dan manfaat tempe yang merupakan bahan makanan hasil fermentasi apabila dibandingkan dengan kedelai dapat dilihat pada gambar di atas.
“Namun sayangnya proses produksi yang umum dilakukan oleh pengusaha di Indonesia adalah dilakukan secara manual dan tradisional di mana tenaga produksi tidak pernah mengikuti pelatihan/pendidikan secara khusus. Biasanya usaha tempe hanyalah merupakan usaha warisan keluarga dan yang sangat penting diingat bahwa praktek-praktek tidak higienis masih banyak ditemukan dalam proses produksi tempe secara tradisional ini” tambah pembicara yang aktif menjadi narasumber di berbagai seminar baik di dalam maupun di luar negeri ini.
Sesi berikutnya adalah tanya jawab diberikan oleh moderator (Bu Dara) yang juga merupakan alumni S3 IPB ini. Berbagai pertanyaan mengemuka baik dari mahasiswa maupun produsen tempe yang terkait dengan materi yang disampaikan. Di antaranya dari mahasiswa (Nova Kurniawan, dkk) yang menanyakan tentang perbedaan penggunaan daun sebagai pembungkus tempe dengan plastik. Selanjutnya mengapa walaupun tempe mengandung purin namun tidak serta merta akan menyebabkan tingginya asam urat pada diri seseorang (gout/pirai) atau biasa dikenal di masyarakat sebagai penyakit rematik.
Sebuah pertanyaan meluncur dari salah satu pengrajin tempe yang ingin mengetahui perbedaan kedelai impor dengan kedelai lokal terhadap kualitas produksi tempe. Pertanyaan langsung dijawab dengan lugas oleh pakar yang merupakan alumni D3 Akademi Gizi Jakarta tahun 1995 bahwa secara umum sesungguhnya tidak terdapat perbedaan namun kualitas kedelai lebih dipengaruhi oleh teknologi pasca panen dari produksi masing-masing kedelai tersebut.
Walaupun para penanya masih banyak yang mengangkat tangan yang menandakan bahwa rasa ingin tahunya begitu besar dan ingin lebih jauh mengetahui persoalan tempe ini namun mengingat waktu yang terbatas maka kegiatan itupun harus diakhiri. Pada pukul 16.00 WITA kegiatan ilmiah inipun berakhir dengan ditandai foto bersama peserta baik dosen, mahasiswa maupun dengan produsen. Semoga ilmu yang diberikan Beliau bermanfaat khususnya bagi civitas akademika Jurusan Gizi Poltekkes Mataram, bagi Poltekes Mataram dan umumnya bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya…Amiien. (SW)